nusabali

Siapa Pun Terpilih, Akan Cetak Sejarah

  • www.nusabali.com-siapa-pun-terpilih-akan-cetak-sejarah

Sempat ditunda dari jadwal semula 20 Juni 2017, pemilihan Rektor Unud periode 2017-2021 akhirnya digelar, Jumat (11/8) ini, melalui rapat Senat bersama suara Menteri.

Hari Ini, Pemilihan Rektor Unud


DENPASAR, NusaBali
Siapa pun yang nantinya terpilih menjadi Rektor Unud ke-11 dalam rapat Senat di Gedung Rektorat Kampus Unud Bukit, Desa Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung hari ini, pastinya akan mengukir sejarahnya sendiri.

Tiga kandidat yang akan berebut kursi Rektor Unud ke-11, Jumat ini, masing-masing Prof Dr Drh I Made Damriyasa MS, 55, Prof Dr dr AA Raka Sudewi SpS (K), 60, dan Dr Drs AA Ngurah Gunawan MT, 55. Prof Dr Drh I Made Damriyasa MS merupakan guru besar dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), yang saat ini masih menjabat sebagai Wakil Rektor I Bidang Akademik Unud.

Sedangkan Prof Dr dr AA Raka Sudewi SpS (K) adalah guru besar dari Fakultas Kedokteran, yang kini masih menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Unud. Sebaliknya, Dr Drs AA Ngurah Gunawan MT berasal dari Fakultas MIPA Unud, yang saat ini masih menjabat sebagai Ketua Program Studi Fisika.

Seharusnya, pemilihan Rektur Unud diagendakan 20 Juni 2017 lalu. Namun, pemilihan terpaksa diundur 1,5 bulan. Menurut Ketua Panitia Pemilihan Rektor Unud ke-11, Prof I Gede Mahardika, diputuskannya pemilihan rektor hari ini setelah melalui proses panjang di tingkat ke-menterian.

Sebab, ini tidak hanya menyangkut verifikasi visi, misi, dan program kerja para kandidat. “Tapi, menteri beserta tim penilai juga melakukan penelusuran rekam jejak terhadap tiga Calon Rektor Unud,” ungkap Prof Mahardika saat dikonfirmasi NusaBali, Kamis (10/8).

“Kami mendapatkan surat secara resmi dari kementerian hari Selasa (8/8) lalu, setelah rampung melakukan verifikasi dan penelurusan rekam jejak calon. Semua calon dianggap memenuhi syarat. Secara persiapan, kami juga sudah siap. Tadi (kemarin) kami sudah melakukan gladi pemilihan Rektor Unud,” lanjut Prof Mahardika.

Mengenai kekuatan para kandidat jelang pemilihan Rektor Unud hari ini, menurut Prof Mahardika, semuanya sama-sama punya kekuatan. Namun, jika dilihat dari perolehan suara saat proses penyaringan, 7 Juni 2017 lalu, Prof Damriyasa memang unggul dengan 93 suara. Sedangkan Prof Raka Sudewi mendapat 64 suara, dan Dr AA Gunawan hanya memperoleh 1 suara. Rapat senat pada tahap penyaringan dilaksanakan tanggal 7 Juni lalu.

“Kita saat ini tidak tahu bagaimana petanya. Tapi, dari hasil penyaringan kemarin, itulah gambaran awal suara Senat. Pemilihnya sama, tinggal ditambah suara menteri saja,” tegas Prof Mahardika.

Mengacu Permenristekdikti Nomor 19 Tahun 2017, pemilihan Rektor Unud dilakukan secara voting melalui suara Senat Unud yang berjumlah 166, ditambah suara menteri. Bobot suara Menteri cukup besar sebanyak sebesar 35 persen, sedangkan suara Senat 65 persen. Rektor terpilih nantinya akan menggantikan Prof Dr Ketut Suastika sebagai Rektor Unud 2013-2017.

“Menteri besok (hari ini) mengirimkan perwakilannya dalam memberikan suara. Begitu selesai pemilihan, hasilnya nanti akan diserahkan ke kementerian dalam bentuk berita acara. Pelantikan nanti ditentukan oleh menteri,” tandas

Yang jelas, siapa pun di antara ketiga kandidat yang terpilih menjadi Rektor Unud ke-11, pastinya akan mengukir sejarah sendiri. Jika Prof Damriyasa atau Dr Ngurah Gunawan yang terpilih, maka mereka akan menjadi Rektor Unud ketiga yang bukan dari Fakultas Kedokteran, setelah almarhm Prof Dr Ida Bagus Mantra (Fakultas Sastra) dan Prof Dr Ir Wayan Sutawan (dari Fakultas Pertanian). Sebaliknya, jika Prof Raka Sudewi yang terpilih, maka akademisi dari Fakultas Kedokteran ini akan mengukir sejarah sebagai Perempuan Pertama sebagai Rektor Unud. Ketiga kandidat yang sama-sama jebolan Unair Surabaya pun memiliki visi, misi, dan program kerja untuk kemajuan Unud.

Sementara itu, Prof Damriyasa mengaku optimistis bisa memenangkan pemilihan Rektor Unid. Sebab, tokoh asal Banjar Rendang Tengah, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem ini mendominasi 93 suara Senat pada proses penyaringan, dua bulan lalu. Selain itu, dia termotivasi menjadikan Unud sebagai Universitas kelas dunia.

“Potensi di Bali ini sangat mendukung Unud untuk menjadi Universitas bertaraf internasional. Setelah dua kali periode pengalaman jadi Dekan FKH, 4 tahun jadi Wakil Rektor I, sempat jadi motor Asosiasi FKH se-Indonesia, serta pengalaman 6 tahun belajar di Jerman, saya memiliki visi membawa Unud menjadi universitas kelas dunia dengan sejumlah program peningkatan karya inovatif, penelitian, dan pengabdian,” tandas Prof Damriyasa saat dikonfirmasi NusaBali, Kamis kemarin.

Optimisme serupa juga dsampaikan Prof Raka Sudewi, satu-satunya perempuan dalam perebutan kursi Rektor Unud. Akademisi FK Unud asal Puri Kelodan, Desa Ubud/Kecamatan Ubud, Gianyar ini sangat optimis memenangkan kursi Rektor Unud.

“Saya selalu optimis. Karena saya dalam mengambil keputusan selalu didasari data yang objektif, serta persiapan yang matang. Kalau saya tidak optimis, kan lebih baik saya tidak maju. Dengan persiapan yang sudah dilakukan dengan baik dan hubungan baik dengan lingkungan kampus, masyarakat, serta alam semesta, semua dukungan membuat saya sangat optimis. Sepertinya kecil risiko saya untuk kalah,” kata Prof Raka Sudewi.

Disinggung soal predikatnya sbagai Rektor Unud perempuan pertama dika terpilih, menurut Prof Raka Sudewi, pihaknya tentu bangga karena ini menunjukkan kaum wanita mampu. “Dilihat kemampuan perempuan di Unud, baik dari segi prestasi, masa tempuh studi, masih didominasi perempuan. Jadi, janganlah meragukan perempuan,” tegasnya.   

Prof Raka Sudewi memiliki empat pilar program kerja untuk mewujudkan Unud yang bermutu dan mampu bersaing di kancah nasional maupun internasional. Empat pilar program itu masing-masing perbaikan tata kelola, penguatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, peningkatan kompetensi dan kesejahteraan SDM, serta peningkatan sarana prasarana kelembagaan.

Sebaliknya, Dr AA Ngurah Gunawan menanggapi santai pemilihan Rektor Unud hari ini. Bagi dia, ini merupakan proses demokrasi dalam kehidupan kampus Unud. “Biasa saja, ini hanya demokrasi akademik, menang kalah sudah biasa. Saya tidak menarget. Ikut meramaikan saja,” cetus akademisi Fakultas MIPA Unud asal Puri Pemecutan, Denpasar Barat ini.

Meski demikian, Dr AA Gunawan tetap memiliki visi, misi, dan program kerja untuk kemajuan Unud. Dia memiliki visi untuk mewujudkan Unud yang mandiri dan mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Ada dua hal yang menjadi sorotan utamanya, yakni penyamaan indeks remonisasi untuk semua fakultas di Unud, karena selama ini dinilai berbeda-beda.

Sementara untuk mencapai kampus bertaraf internasional, kata dia, jumlah jurnal internasional di Unud mesti diperbanyak. Kenyataannya, jumlah jurnal internasional masih sangat rendah. “Meski sudah akreditasi A, tapi kita masih lemah di jurnal internasional. Saya ingin meningkatkan ini,” tandas Gunawan. *in

Komentar