nusabali

Bencana Kebakaran Ancam Buleleng

  • www.nusabali.com-bencana-kebakaran-ancam-buleleng

BPBD mewaspadai kekeringan akibat peralihan cuaca yang bisa berpotensi menyebabkan kebakaran kawasan hutan.

SINGARAJA,  NusaBali
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Buleleng kini fokus pengawasan terhadap potensi bencana kebakaran, seiring peralihan musim hujan ke musim kemarau. BPBD juga fokus pecegahan sebelum bencana terulang dengan program mitivigasi.

BPBD sendiri telah menetapkan sejumlah titik kekeringan di wilayah Buleleng, meliputi Desa Lokapaksa, Desa Ularan di Kecamatan Seririt, Desa Sembiran, Julah, dan Desa Madenan di Kecamatan Tejakula, kemudian di Kecamatan Sukasada Desa Selat, dan Desa Tegallinggah. Sedangkan di Kecamatan Gerokgak, di antaranya Desa Gerokgak, Bayupoh, dan Sumberkima.

“Ini berdasarkan peristiwa yang terjadi sebelumnya, daerah-daerah itu memang potensi terjadi kebakaran,  karena daerah tersebut masih kawasan hutan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Made Subur,  Minggu (23/7).

Dikatakan, kekeringan terjadi akibat penurunan debit air. Penurunan debit air ini selain karena musim kemarau, juga karena jumlah pemakaian air terus bertambah. Akibat kekeringan itu, daerah tersebut menjadi sangat rawan terjadi kebakaran, apalagi daerahnya termasuk kawasan hutan.

Masih kata Subur, terhadap daerah-daerah yang berpotesi terjadi kebakaran hutan, pihaknya kini terus lakukan pemantauan dengan pola koordinasi dengan pihak desa dan kecamatan. Langkah ini agar kejadian kebakaran hutan yang kerap terjadi bisa segera diinformasikan sehingga penanganan secepatya diambil tindakan.

“Kita sudah menjalin komunikasi dengan dengan pihak kecamatan dan pihak desa, terutama yang daerahnya rawan terjadi kebakaran akibat kekeringan. Sehingga informasi terjadi kebakaran bisa cepat tertangani,” terang Subur.

Selain pengawasan terhadap potensi kebakaran, BPBD juga fokus upaya pencegahan terhadap bencana alam lainnya seperti banjir badang dan tanah longsor melalui program mitivigasi. Pencegahan dilakukan dengan berbagai cara di antaranya pembersihan alur sungai dari sampah bekas potongan kayu. Pembersihan alur sungai ini untuk memperlancar aliran air ketika musim penghujan. Selain itu juga gencar sosialisasi tentang informasi, potensi dan dampak dari bencana kepada masyarakat di masing-masing desa yang rawan terdampak bencana.

Menurut Subur, program mitivigasi ini sebagai upaya mengurangi dampak dan memperkecil kerusakan yang terjadi akibat bencana. “Harapan kita, jangan sampai jatuh korban jiwa, dan sedapat mungkin menekan kerusakan akibat bencana. Sehingga sejak awal sudah kita ambil langkah-langkah penanganan,” terangnya. *k19

Komentar