nusabali

Usai Operasi Tak Pernah Sadarkan Diri, Ibu Bayi Berkali Pingsan

  • www.nusabali.com-usai-operasi-tak-pernah-sadarkan-diri-ibu-bayi-berkali-pingsan

Bayi tanpa anus juga mengalami kegagalan organ lainnya, di antara usus dan lubang vagina ada saluran kecil yang seharusnya tidak dimiliki oleh manusia normal.

Bayi Tanpa Anus dari Buleleng Hembuskan Napas Terakhir  

SINGARAJA, NusaBali
Bayi tanpa anus, Ni Kadek Anandita Iswari, asal Banjar Dinas Kelandis, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, hanya bertahan hidup selama enam hari. Bayi perempuan yang dilahirkan pada 16 Juli 2017 itu menghembuskan napas terakhir pada Sabtu (22/7) sekitar pukul 00.30 Wita di Ruang ICU RSUD Buleleng.

Kepergian putri kedua pasangan suami istri Kadek Kirtayasa, 20, dengan Wayan Tami Putri Yani, 20, itu diikhlaskan oleh pihak keluarga. Meski ibu bayi Tami sempat pingsan beberapa kali, karena tidak kuat menerima kenyataan ditinggal selamanya oleh putri yang telah dikandungnya selama delapan bulan.

Menurut Dirut RSUD Buleleng dr Gede Wiartana, bayi Iswari mulai mengalami kondisi yang terus menurun sejak Jumat (21/7) sekitar pukul 15.00 Wita. Sebelumnya kondisinya sempat membaik, saat dikunjungi beberapa pejabat di lingkup Pemkab dan DPRD Buleleng. Namun kondisi tersebut semakin menurun hingga bayi malang itu mengalami puncak kritisnya pada sekitar pukul 00.00 Wita, dan dinyatakan meninggal pada pukul 00.30 Wita di ruang ICU RSUD Buleleng.

“Pukul 00.00 tengah malam tadi itu sudah menunjukkan gagal napas, meninggalnya (Sabtu) pukul 00.30 Wita. Memang sejak awal setelah operasi belum sempat sadarkan diri dengan kondisi tidak stabil, gula darahnya naik turun,” kata dr Wiartana.

Bayi Iswari yang menderita kelainan bawaan gagal organ yakni tanpa anus juga mengalami kegagalan organ lainnya di antara usus dan lubang vagina. Di antara kedua organ dalam itu ada saluran kecil yang seharusnya tidak dimiliki oleh manusia normal.

Dijelaskan oleh dr Wiartana, kegagalan organ yang dibawa bayi sejak lahir, bisa juga diikuti dengan gagal organ lainnya. Hanya saja pihaknya belum sempat memeriksa secara keseluruhan kondisi bayi tersebut.

Pihaknya sudah mengerahkan upaya maksimal untuk menyelamatkan bayi Iswari. Namun kuasa Tuhan mengalahkan semuanya. Setelah dinyatakan meninggal dunia, jenazah bayi Iswari sempat dibawa ke ruang jenazah RSUD Buleleng hingga akhirnya dipulangken ke rumah duka di Banjar Dinas Kelandis, Desa Pakisan, Sabtu kemarin sekitar pukul 06.00 Wita.

Sementara itu menurut keterangan nenek bayi Nyoman Sariani, upacara penguburan bayi tanpa anus tersebut langsung dilakukan pada Saniscara Pon Ugu, Sabtu (22/7) sekitar pukul 11.30 wita. Namun karena belum ada dewasa ayu dan sedang ada piodalan di desa pakraman setempat, upacara ritual penguburan baru akan dilaksanakan pada Rabu (26/7) mendatang.

“Karena belum ada dewasa dan masih ada odalan, sementara istilahnya dititipkan dulu di setra dusun Kelandis tanpa banten. Hari Rabu (26/7) nanti baru diupacarai sebagaimana mestinya,” kata Sariani. Sejauh ini pihak keluarga mencoba mengikhlaskan kepergian bayi Iswari.

Sariani mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, baik dari pemerintah dan simpatisan peduli untuk membantu biaya pengobatan dan pengurusan administrasi keluarga bayi yang sempat menjadi kendala saat awal dibawa ke rumah sakit.

Sariani mengakui, keluarganya sebenarnya mulai merasa tenang setelah anak cucunya mendapatkan tanggungan dari pemerintah karena masuk dalam keluarga kurang mampu, dalam proses pengobatan selanjutnya. Tetapi harapan untuk dapat bertahan hidup memang sudah 50:50. Sebelum kepergian bayi Iswari untuk selamanya, pada Jumat (21/7) sore pihak keluarga memang sudah diperingatkan oleh dokter yang menangani bayi Iswari, untuk mengikhlaskan jika terjadi sesuatu, karena kondisinya terus menurun.

Pihak keluarga yang terus berharap pun mengaku mengupayakan berbagai cara baik berdoa dan sembahyang di pura keluarga untuk meminta kelancaran. Hingga akhirnya bayi Iswari dinyatakan meninggal dunia, harapan pun pupus. Sebelum kepergian bayi yang terlahir normal dengan berat 4 kilogram dan panjang 41 centimeter, pihak keluarga banyak yang mengalami firasat dan mimpi buruk. Mulai dari mendengar tangisan bayi, hingga menjatuhkan banten saat bersembahyang.

Sariani bercerita bahwa kepergian Iswari tampaknya memang sudah jalannya. Secara niskala dia percaya ada hal yang tidak masuk akal seakan menutupi kekurangan Iswari yang terlahir tanpa anus. Sehingga baik bidan desa yang membantu proses persalinan dan keluarga baru mengetahuinya setelah tiga hari waktu kelahirannya. “Seperti ada yang menutupi, sehingga kami terlambat membawanya ke rumah sakit. Mungkin itu juga memang sudah jalan hidupnya,” ungkap dia.

Sebelumnya diberitakan, ibu bayi, Wayan Tami Putri Yani mengakui kehamilan bayi keduanya ini memang tanpa direncanakan. Jarak kelahiran antara bayi tanpa anus dan kakaknya, Putu Satya Budi, pun hanya terpaut 15 bulan. “Saya baru sadar hamil lagi saat usia kandungan 4 bulan,” kata Tami saat ditemui NusaBali di Ruang ICU RSUD Buleleng, Jumat (21/7).

Tami mengisahkan, pasca melahirnya anak pertamanya, Putu Satya Budi, dia sempat menggunakan alat kontrasepsi jenis pil KB. Namun, di tengah perjalanannya, Tami mengalami keluhan sering merasa nyeri di siksikan (perut bagian bawah). Karenanya. atas persetujuan sang suami, Kadek Kirtayasa, Tami memutuskan untuk mengganti kontrasepsi dengan KB suntik tiga bulan sekali.

Namun, baru saja berganti KB suntik, dirinya ternyata kembali berbadan dua dan itu baru diketahui setelah usia kandungan 4 bulan. “Saya baru memeriksakan kandungan ketika merasa ada yang bergerak di perut,” beber Tami.

Selama 8 bulan masa kehamilan bayi yang lahir tanpa anus ini, menurut Tami, dirinya tidak ada mengalami gangguan yang berarti. Sampai akhirnya bayi tanpa anus ini dilahirkan dalam usia kandungan baru 8 bulan, melalui persalinan normal di bidan desa kawasan Desa Pakisan, 16 Juli 2017. Namun bayi malang ini baru ketahuan tanpa memiliki anus berselang tiga hari pasca kelahirannya, gara-gara perutnya kembung.

Bayi tanpa anus ini sudah menjalani tindakan operasi kolostomi (pembuatan saluran feses melalui perutnya) di RSUD Buleleng di Singaraja, Rabu (19/7) malam. Namun, hingga Jumat kemarin kondisinya belum stabil. Bahkan, bayi Iswari disebut mengalami kritis penurunan kadar gula darah. Bayi tanpa anus ini dirawat di ICU RSUD Buleleng dengan dibantu ventilator, alat pendeteksi detak jantung, dan peralatan lainnya.

Menurut dr Wiartana, dropnya gula darah bayi Iswari tidak sampai bermasalah terhadap proses penyembuhan lukanya pasca operasi. “Gula darahnya memang sempat turun hingga 33, karena kekurangan asupan. Setelah kami berikan glukosa, sekarang sudah tidak ada maslah, meskipun kondisinya belum stabil,” ujar dr Wiartana.

Penanganan bayi tanpa lubang anus, kata dr Wiartana, sebenarnya memiliki risiko tinggi. Sebab, bayi yang baru dilahirkan rata-rata masih dalam kondisi lemah. Apalagi, beberapa hari kemudian diintervensi dengan tindakan operasi.

Meski demikian, dr Wiartana meyakinkan bahwa tindakan operasi pembuatan saluran feses sementara sudah tepat dan lebih aman ketimbang dibiarkan tanpa anus. *k23

Komentar