nusabali

Sekretaris Koperasi Tewas Ulah Pati

  • www.nusabali.com-sekretaris-koperasi-tewas-ulah-pati

Diduga korban tertekan karena ada selisih dana koperasi. Ada 3 lembar surat wasiat yang ditujukan ke keluarga, staf koperasi, dan kelian dinas Banjar Kebon.

GIANYAR, NusaBali
Sekretaris Koperasi Banjar Kebon, Desa/Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, I Wayan Adi Parnata, 45, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri (ulah pati). Jasad korban, sulung dari 6 bersaudara yang masih lajang, ini ditemukan tergantung di pohon ketapang di area Pantai Saba Blahbatuh pada Sabtu (22/7) sekitar pukul 07.00 Wita.

Jasad korban pertama kali ditemukan oleh dua orang pekerja asal Jawa Timur, Susianto, 50, dan Puji Basuki, 60, yang sedang mencari kayu bekas di pinggir pantai. Ketika berjalan ke arah utara pantai menuju pepohonan, Susianto dikejutkan oleh temuan sesosok mayat dalam posisi tergantung di pohon ketapang. Saat ditemukan, wajah korban terbungkus tas plastik berwarna putih yang diikatkan pada leher.

Oleh karena suasana pantai masih sepi, kedua saksi ini langsung menghubungi Polsek Blahbatuh. Saat polisi tiba di TKP, posisi jasad korban masih tergantung menggunakan tali plastik berwarna biru. Panjang tali dari batang pohon hingga tubuh korban diperkirakan sekitar 5 meter.

Panit Reskrim Polsek Blahbatuh Ipda I Ketut Suparmayasa usai olah TKP menjelaskan, bersama jasad korban, polisi menemukan sebuah tas pinggang yang berisi identitas korban dan sebuah ponsel merek Asus. Juga ada tiga lembar surat wasiat yang diketik.

“Dalam tas itu juga ada uang tunai Rp 1.400.000. Oleh korban, uang ini dimaksudkan untuk biaya kematian. Dan sudah kami serahkan kepada pihak keluarga,” kata Ipda Suparmayasa.

Tiga surat wasiat yang ditulis oleh korban yang merupakan anak sulung dari 6 bersaudara itu ditemukan dalam kondisi terbungkus plastik. Diduga korban telah mempersiapkan aksi ulah patinya ini dengan sangat matang. “Suratnya kami temukan terbungkus plastik, mungkin supaya tidak basah jika jasadnya kena ombak,” jelasnya.

Setelah dibuka, tiga surat wasiat itu berisi permohonan maaf yang ditujukan kepada Kelian Dinas Banjar Kebon, staf Koperasi Banjar Kebon, dan untuk keluarganya. Selain itu, juga diamankan satu unit sepeda motor Honda Supra Fit warna merah putih nopol DK 8681 AY.

Ketiga surat wasiat dimaksud, surat pertama ditujukan kepada keluarga besarnya. Tertulis, ‘Ampurayang tiang sampun mengecewakan dan membuat susah kalian semua. Terima kasih sudah mengerti tiang selama ini. Bapak ikhlaskan tiang dan kuatkan diri Bapak. Jani kalain tiang. Bapak nyen ngempu Wayan Abhi, anggap gen yan Abhi, Putu Arya, Kadek Arava, Dafina ento tiang’.

Masih dalam surat yang sama, korban juga menyebut satu per satu saudara dan keluarga besarnya. Korban berpesan pada kelima adik-adiknya yang 3 di antaranya sudah berkeluarga supaya rajin bekerja dan tidak mengikuti jejaknya. “Selegang ngalih gae, apang tusing care cang. De pesan ngenuutin jalan care beli. Kalian harus berjanji.”

Di bagian akhir, korban juga menitip keluarganya pada seseorang bernama Pakyan Enggel. “Tolong back up keluarga semua jika ada masalah. Ini adalah permohonan tiang terakhir.” Pada bagian bawah korban sempat membubuhkan tanda tangan beserta ucapan ‘I Love You All’.

Surat wasiat kedua ditujukan kepada pengurus koperasi. Tertulis angka-angka perhitungan kas dan neraca keuangan. Namun antara jumlah kas dan neraca tak seimbang. Ada selisih sekitar Rp 8 juta. Total uang kas yang ada berjumlah Rp 145.187.000. Sementara di neraca jumlahnya Rp 153.184.000. “Ada selisih 8 jutaan. Saya sudah cari di mana kekeliruannya. Tapi tidak ketemu,” tulisnya.

Dan surat ketiga ditujukan kepada Kelian Dinas Banjar Kebon Ngakan Ketut Astika. Korban meminta supaya dilanjutkan pungut dana pembangunan balai kulkul dan retribusi kebersihan desa. “Untuk dana balai kulkul sampun disetor ring Ngurah Agus Rp 25.500.000. Sisanya ada di atas bersama uang retribusi kebersihan. Untuk restribusi kebersihan jika sudah terkumpul, tolong kembalikan ke koperasi sesuai piutang retribusi kebersihn desa,” pinta korban melalui surat.

Belum jelas apa motif utama korban nekat gantung diri. Namun dilihat dari status korban yang belum berkeluarga dan bekerja di koperasi, tidak menutup kemungkinan, korban nekat melakukan tindakan mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri agar dirinya bebas dari beban yang dialami baik itu krisis ekonomi maupun sosial di masyarakat.

Terhadap kejadian ini, pihak keluarga menolak untuk dilakukan pemeriksaan medis termasuk otopsi. Keluarga merelakan kepergian Wayan Arnata sebagai sebuah musibah. Meski demikian, pihak kepolisan tetap melakukan upaya membuatkan surat pernyataan apabila di kemudian hari terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. “Kami tetap bekerja sesuai prosedur yang berlaku,” imbuh Ipda Suparmayasa.

Sementara itu, dari hasil visum di TKP‎ oleh dr Enicandrawati, korban diperkirakan sudah meninggal sekitar 6 jam sebelum ditemukan. Terdapat luka melingkar di bagian leher dengan panjang sekitar 20 cm. Dari mulut, lidah menjulur keluar dan tergigit gigi. Lebam pada pipi kiri dan dagu, bagian kemaluan mengeluarkan cairan, dan luka lecet dari lutut sampai paha kanan dengan panjang 3,3 cm x 0,5 cm.

“Yang jelas tidak ada tanda-tanda kekerasan. Luka yang ada di tubuh korban diperkirakan terjadi saat korban berusaha memanjat pohon untuk memasang tali,” tutur Ipda Suparmayasa.

Di sisi lain, menurut keterangan keluarga, korban sudah tampak termenung semenjak dua hari sebelum peristiwa tersebut. Korban juga jarang berada di rumah. Informasi yang beredar, sebelum korban meninggal ulah pati, pihak pengurus koperasi Banjar Kebon pernah menyiarkan utang piutang nasabah yang masih berutang/belum membayar utang ke koperasi. Dari nama-nama yang disiarkan, termasuk salah satunya nama korban. Namun tak jelas, berapa rupiah utang yang dimiliki oleh korban.

Kepergian korban dengan cara tragis itu meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga. Menurut salah satu adik kandungnya, Gede, kakak sulungnya ini tidak pernah cerita jika ada masalah. “Ndak pernah cerita, tiyang kaget tiba-tiba sudah begini,” ujarnya. Selama ini, sang kakak dikenal baik. Bahkan royal terhadap keluarga dan teman-temannya. “Kalau sama keluarga tidak ada masalah. Justru akur meski ramai di rumah,” imbuhnya. Sepengetahuan Gede, kakaknya ini sudah tidak terlihat pada Jumat (21/7) sekitar pukul 20.00 Wita. Namun pihak keluarga tak menaruh curiga karena korban yang masih bujangan ini biasa pulang malam untuk urusan pribadi maupun urusan adat.

Setelah ditemukan tewas gantung diri, jasad korban pun langsung dibawa ke rumah duka di Banjar Kebon, Desa/Kecamatan Blahbatuh, tepatnya di gang sebelah barat Pasar Blahbatuh. Dikarenakan meninggal tak wajar, terhadap korban dilakukan upacara penguburan di setra setempat pada Sabtu sore kemarin.

Ditemui pada Sabtu malam, Kelian Dinas Banjar Kebon Blahbatuh Ngakan Ketut Astika, mengungkapkan beberapa hari sebelumnya memang sempat digelar pertemuan terkait laporan keuangan koperasi. Terutama untuk mengetahui kredit macet.

“Jadi dari tim menanyakan perihal kredit macet ini siapa saja. Kebetulan yang mengetahui itu semua sekretaris koperasi, Pak Wayan Parnata (korban),” ujarnya. Nah dari pertemuan itulah, korban Parnata merasa kecewa dengan kinerjanya. Sebab ada selisih angka antara jumlah kas dengan neraca. “Persis sama seperti yang ditulis di surat. Ada selisih angka yang tidak bisa ditemukan letak kekeliruannya,” tutur Ngakan Astika.

Sementara terkait utang pribadi, sepengetahuan Ngakan Astika, korban selama ini hanya mengurusi utang piutang anggota koperasi. “Setahu tiyang, tidak punya utang pribadi. Dia hanya mengurus utang piutang. Mungkin karena tugasnya terlalu berat dia merasa tertekan. Kondisi koperasi sekarang juga sedang tidak stabil,” ujarnya.

Ditambahkan Ngakan Astika, meski korban bukan bendahara namun korban mengetahui persis aliran keluar masuk dana koperasi. “Ada bendahara, tapi korban lebih memahami karena sudah bergabung di koperasi sejak berdiri. Jadi korban lebih tahu,” imbuhnya.

Untuk menggantikan posisi korban sebagai sekretaris termasuk membahas isi surat wasiat korban, pihaknya mengaku akan melakukan rembuk. “Ya nanti akan dibicarakan, sekarang masih suasana berduka,” ucapnya.

Terkait kematian korban secara tragis, Ngakan Astika memprediksi korban telah merencanakan gantung diri ini. “Dua hari lalu, laptop dan printer yang selama ini dipakai bekerja di rumah dibawa kembali ke koperasi. Mungkin sejak itu sudah ada rencana. Tapi kami tentu tidak menduga akan terjadi seperti ini,” jelasnya. *nvi

Komentar