nusabali

Bayi Tanpa Anus Lahir Hanya Berjarak 15 Bulan dari Kakaknya

  • www.nusabali.com-bayi-tanpa-anus-lahir-hanya-berjarak-15-bulan-dari-kakaknya

Versi dr Gede Wiartama, kelahiran bayi tanpa anus disebabkan banyak faktor, termasuk genetik, kurangnya asupan gizi saat dalam kandungan, dan polusi asap rokok

Pasca Operasi Awal Pembuatan Saluran Feses, Kondisi Bayi Tanpa Anus Belum Stabil

SINGARAJA, NusaBali
Dua hari pasca menjalani operasi awal pembuatan saluran Feses melalui perutnya, bayi perempuan tanpa anus, Ni Kadek Anandita Iswari, masih dirawat intensif di Ruang ICU RSUD Buleleng, Jumat (21/7). Kondisi bayi malang asal Banjar Kelandis, Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng ini belum stabil. Terungkap, kelahiran bayi Kadek Anandita Iswari hanya berjarak 15 bulan dari kakaknya, I Putu Satya Budi.

Bayi Kadek Anandita Iswari yang dilahirkan melalui persalinan normal di bidan desa kawasan Desa Pakisan, 16 Juli 2017 lalu, merupakan anak kedua pasangan Kadek Kirtayasa, 20, dan Wayan Tami Putri Yani, 20. Kakak si bayi tanpa anus, Putu Satya Budi, saat ini baru berusia 15 bulan.

Bayi tanpa anus ini sudah menjalani tindakan operasi kolostomi (pembuatan saluran Feses melalui perutnya) di RSUD Buleleng di Singaraja, Rabu (19/7) malam. Namun, hingga Jumat kemarin kondisinya belum stabil. Bahkan, bayi Anandita Iswari disebut mengalami kritis penurunan kadar gula darah. Bayi tanpa anus ini dira-wat di ICU RSUD Buleleng dengan dibantu ventilator, alat pendeteksi detak jantung, dan peralatan lainnya.

Menurut Dirut RSUD Buleleng, dr Gede Wiartana, dropnya gula darah bayi Anandita Iswari tidak sampai bermasalah terhadap proses penyembuhan lukanya pasca operasi. “Gula darahnya memang sempat turun hingga 33, karena kekurangan asupan. Setelah kami berikan glukosa, sekarang sudah tidak ada maslah, meskipun kondisinya belum stabil,” ujar dr Wiartama saat ditemui NusaBali di RSUD Buleleng, Jumat kemarin.

Menurut dr Wiartana, bayi tanpa anus ini akan berada di ruang perawatan intensif RSUD Buleleng minimal selama dua pekan ke depan, untuk pemulihan lukanya. Nantinya, bayi bersangkuat baru akan dipindahkan ke runag perawatan biasa, bilan respons dan kondisinya sudah stabil.

Penanganan bayi tanpa lubang anus, kata Wiartama, sebenarnya memiliki risiko tinggi. Sebab, bayi yang baru dilahirkan rata-rata masih dalam kondisi lemah. Apalagi, beberapa hari kemudian diintervensi dengan tindakan operasi.

Meski demikian, Wiartama meyakinkan bahwa tindakan operasi pembuatan saluran Feses sementara sudah tepat dan lebih aman ketimbang dibiarkan tanpa anus. “Kalau tidak dioperasi, justru itu yang bahaya. Kita sudah upayakan yang terbaik, sekarang harus dibarengi dengan doa juga agar kondisi si bayi cepat stabil,” tandas Wiartama.

Disebutkan, kelahiran bayi tanpa lubang anus merupakan kasus langka. Kemungkinannya hanya 1:5.000. Artinya, dari 5.000 kelahiran bayi, maksimal ditemukan hanya 1 bayi tanpa anus. Menurut Wiartama, lahirnya bayi tanpa anus dipengaruhi banyak faktor, termasuk faktor genetik sebanyak 25 persen. Kurangnya asupan gizi saat dalam kandungan, juga bisa memicu bayi tanpa anus. “Faktor lain yang juga bisa jadi penyebab lahirnya bayi tanpa anus adalah polusi, seperti akibat asap rokok,” katanya.

Sementara itu, ibunda bayi tanpa anus, Wayan Tami Putri Yani, mengakui kehamilan bayi keduanya ini memang tanpa dirncanakan. Jarak kelahiran antara bayi tanpa anus dan kakaknya, Putu Satya Budi, pun hanya terpaut 15 bulan. “Saya baru sadar hamil lagi saat usia kandungan 4 bulan,” kenang ibu muda berusia 20 tahun ini saat ditemui NusaBali di Ruang ICU RSUD Buleleng, Jumat kemarin.

Tami Yani mengisahkan, pasca melahirnya anak pertamanya, Putu Satya Budi, dia sempat menggunakan alat kontrasepsi jenis pil KB. Namun, di tengah perjalannya, Tami Yani mengalami keluhan sering merasa nyeri di siksikan (perut bagian bawah). Karenanya. atas persetujuan sang suami, Kadek Kirtayasa, Tami Yani memutuskan untuk mengganti kontrasepsi dengan KB suntik tiga bulan sekali.

Namun, kata Tami Yani, baru saja berganti KB suntik, dirinya ternyata kembali berbadan dua dan itu baru diketahui setelah usia kandungan 4 bulan. “Saya baru memeriksakan kandungan ketika merasa ada yang bergerak di perut,” beber Tami Yani.

Selama 8 bulan masa kehamilan bayi yang lahir tanpa anus ini, menurut Tami Yani, dirinya tidak ada mengalami gangguan yang berarti. Sampai akhirnya bayi tanpa anus ini dilahirkan dalam usia kandungan baru 8 bulan, melalui persalinan normal di bidan desa. Uniknya, bayi malang ini baru ketahuan tanpa memiliki anus berselang tiga hari pasca kelahirannya, gara-gara perutnya kembung.

Pasutri Kadek Kirtayasa dan Wayan Tami Putri Yani sempat kebingungan, setelah tahu banyonya tanpa anus. Sebab, mereka tidak memiliki biaya berobtak ke rumah sakit, lantaran dai keluarga kurang mampu. Bekerja sebagai petani serabutan, penghasilan Kadek Kirtayasa tidak menentu dan hanya cukup untuk makan sehari-hari saja.

Pasuyri miskin ini datang ke RSUD Buleleng membawa bayinya yang tanpa anus, tidak berbekal KK maupun KTP, karena memang belum sempat bikin pasca menikah 2 tahun lalu. Karenanya, mereka tidak punya kartu jaminan kesehatan, meskipun dari keluarga miskin. Beruntung, bayinya sudah bisa ditangani tim medis RSUD Buleleng. Bahkan, kepala Diunas Sosial Buleleng, I Gede Komang, berinisiatif langsung mengajak pasutri Kadek Kirtayasa dan Tami Yani untuk mengurus KK dan KTP ke Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Buleleng, Kamis (20/7) lalu.

Tami Yani mengaku cukup lega, setelah dilakukan pengurusan administrasi kependudukan seperti KTP dan KK, yang meringankan bebannya untuk biaya rumah sakit. “Sekarang saya berharap bayi saya ini cepat siuman, sehingga segera bisa digendong dan diajak pulang ke rumah,” tutur Tami Yani.

Sementara itu, Wakil Bupati Buleleng dr Nyoman Sutjidra SpOG juga sempat menjenguk bayi tanpoa anus ini di Ruang ICU RSUD Buleleng. Wabup Sutjidra meyakinkan kedua orangtua bayi tanpa anus bahwa semua biaya perawatan di RSUD Buleleng akan sepenuhnya ditanggung pemerintah. “Kita harap mereka (pasutri Kadek Kirtayasa-Tami Yani)  ke depannya dapat fokus untuk mengurus kebutuhan rumah tangga dan menjaga kesehatan kedua anaknya,” jelas Wabup yang juga dokter spesialis kandungan ini saat dikonfirmasi NusaBali terpisah di Singaraja, Jumat kemarin. *k23

Komentar