nusabali

Bendesa Tewas Tertimpa Pohon

  • www.nusabali.com-bendesa-tewas-tertimpa-pohon

Bendesa Pakraman Bangkiang Jaran, I Made Arya, tewas tertimpa pohon kelapa roboh saat memimpin kegiatan gotong royong di pelaba desa

Jro Mangku Tewas Terpeleset Saat Mandi di Pancoran


TABANAN, NusaBali
Bendesa Pakraman Bangkiang Jaran, Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan, I Made Arya, 60, tewas mengenaskan saat memimpin kegiatan gotong royong di pelaba desa setempat, Minggu (28/5) siang. Bendesa Made Arya tewas seketika akibat tertimpa pohon kelapa roboh. Sehari sebelumnya, Sabtu (27/5), kematian tragis juga menimpa pamangku Pura Pucak Kembar, Desa/Kecamatan Baturiti, Tabanan, Jro Mangku I Wayan Wirka, 75.

Musibah maut yang merenggut nyawa Bendesa Pakraman Bangkang Jarang, Made Arya, terjadi Minggu siang sekitar pukul 14.00 Wita. Kapolsek Selemadeg Barat, AKP Wayan Swastika, mengatakan Bendesa Made Arya awalnya memimpin krama gotong royong di pelaba Desa Pakraman Bangkiang Jaran sejak pukul 13.00 Wita.

Jenis kegiatan yang dilaksanakan dalam gotong royong itu adalah merabas rumput dan memangkas pohon perindang. Sekitar pukul 14.00 Wita, Bendesa Made Arya memotong pohon Aa menggunakan chainsaw (gergaji mesin) ukuran kecil. Salah satu cabang pohon Aa yang dipangkas ternyata nyangkut di pohon kelapa. Nah, setelah pohon Aa tumbang, pohon kelapa ditarik oleh ranting pohon Aa tersebut.

Naas, pohon kelapa yang tumbang itu kemudian menimpa Bendesa Made Arya hingga tewas. “Bendesa Made Arya langsung meninggal dunia setelah tertindih pohon kelapa,” ungkap Kapolsek AKP Wayan Swastika saat dikonfirmasi NusaBali, Minggu sore.

Melihat Bendesa Made Arya tertimpa pohon kelapa, krama Desa Pakraman Bangkiang Jaran langsung berupaya memberikan pertolongan dengan memotong pohon kelapa roboh yang berdiameter sekitar 10 cm. Setelah pohon kelapa berhasil disingkirkan, krama kemudian mengangkat tubuh korban. Sayangnya, Bendesa Made Arya saat itu sudah dalam keadaan tak bernyawa.

Korban yang meninggal di TKP tidak sempat lagi dibawa ke Puskesmas Selemadeg Barat maupun BRSUD Tabanan. Jenazah korban kemarin siang langsung dibawa ke rumah duka untuk disemayamkan. Sebelum dibawa pulang ke rumah duka, jenazah korban sempat diperiksa jajaran Polsek Selemadeg Barat dan petugas Puskesmas Selemadeg Barat, yang terjun langsung ke lokasi TKP.

Menurut Kapolsek Wayan Swastika, pihak keluarga menolak dilakukan otopsi jenazah dan menerima kejadian maut ini sebagai musibah. “Murni kecelakaan kerja saat gotong royonga,” terang Swastika. Ditambahkannya, pihak keluarga korban di Desa Pakraman Bangkiang Jaran, Desa Lalanglinggah, masih berembuk membahas pelaksanaan prosesi penguburan atau pengabenan jenazah Bendesa Made Arya.

Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Minggu petang, Kepala Desa (Perbekel) Lalanglinggah, I Nyoman Parwata Aryanto, juga mengakui pihak keluarga masih berembuk membahas pelaksanaan pengabenan Bendesa Made Arya. “Kapan dikubur atau diabenkan, belum jelas,” ungkap Perbekal Parwata Aryanto sembari menyebut Bendesa Made Arya berpulang buat selamanya dengan meninggalkan seorang istri dan dua anak.

Sementara itu, kemartian tragis juga menimpa pamangku Pura Pucak Kembar, Desa/Kecamatan Baturiti, Tabanan, Jro Mangku Wayan Wirka. Pamangku berusia 75 tahun ini tewas akibat terpeleset jatuh saat mandi di Beji Pancoran Solas kawasan Banjar Baturiti Kelod, Desa Baturiti, Sabtu sore skitar pukul 17.00 Wita.

Sebelum kejadian, Jro Mangku Wirya dibonceng anaknya, I Made Armawan, 31, mandi ke Beji Pancoran Solas. Ayah dan anaknya ini pergi ke permandian Pancoran Solas yang berjarak sekitar 1 kilometer dari rumahnya di Banjar Pacung, Desa Baturiti, dengan naik motor Scoopy berboncengan.

Setibanya di tikungan menuju Banjar/Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, sang anak yakni Made Armawan memarkir motornya di pinggir jalan. Selanjutnya, dia bersama sang ayah, Jro Mangku Wirya, turun berjalan kaki ke Beji Pancoran Solas. Saat itu, hanya Jro Mangku Wirya yang mandi, sementara Made Armawan diminta menunggu di atas. Armawan pun mengikuti perintah ayahnya.

Setelah ditunggu selama 1,5 jam, Jro Mangku Wirya tidak kunjung naik ke tempat parkir. Akhirnya, Armawan pun turun ke Beji Pancoran Solas untuk mencari ayahnya, Sabtu petang sekitar pukul 18.30 Wita. Setelah tiba di pancoran, Armawan terkejut melihat ayahnya dalam keadaan telungkup tanpa busana. Posisi kepala korban menghadap ke bawah hingga menyentuh dasar kolam dengan ketinggian air semata kaki orang dewasa.

Saat ditemukan telungkup, Jro Mangku Wirya dalam kondisi pingsan. Armawan pun minta tolong kepada I Ketut Jaya, warga Banjar Baturiti Kelod yang rumahnya dekat dengan TKP. “Ketut Jaya bersama Armawan kemudian mengangkat tubuh korban (Jro Mangku Wirya). Selanjutnya, korban dibawa berobat ke Puskesmas Baturiti 1,” ungkap Kapolsek Baturiti, Kompol I Gede Made Surya Atmaja, saat dikonfirmasi NusaBali, Minggu kemarin.

Saat tiba di Puskesmas Baturiti 1 sekira pukul 18.55 Wita, korban Jro Mangku Wirya dinyatakan sudah meninggal. Diduga kuat, korban terpeleset jatuh ke dalam kolam saat mandi, kemudian terlambat mendapat pertolongan saat tubuhnya sudah terendam pingsan.

“Dugaan kami, korban terpeleset saat mandi dan terjatuh ke kolam,” terang Kapolsek Surya Atmaja. Dari hasil pemeriksaan luar, terdapat luka lecet pada dahi, hidung, mulut, bahu kanan, lutut kaki kanan, jari kaki kiri, dan punggung koran.

Menurut Kapolsek Surya Atmaja, pihak keluarga menolak dilakukan otopsi jenazah Jro Mangku Wirya. Setelah pemeriksaan di Puskesmas Baturiti 1, jenazah Jro Mangku Wirya langsung dibawa pulang ke rumah duka di Banjar Pacung, Desa Baturiti untuk disemayamkan. Rencananya, jenazah Jro Mangku Wirya akan diabenkan pada Anggara Kliwon Tambir, Selasa (30/5) besok. *k21

Komentar