nusabali

Krama Melasti Terbanyak di Masceti

  • www.nusabali.com-krama-melasti-terbanyak-di-masceti

Pantai Masceti, Desa Medahan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, makin menjadi lokasi pilihan bagi umat Hindu dari Gianyar dan Bangli untuk upacara Melasti menjelang Hari Raya Nyepi. 

GIANYAR, NusaBali
Untuk persiapan Nyepi Isaka 1939, Selasa (28/3), sedikitnya 30 rombongan melaksanakan Melasti di pantai ini, Sabtu (26/3).

Data dari Pengelola Kawasan Pura Khayangan Jagat Masceti, Sabtu (25/3), rombongan tersebut terbanyak dari unsur desa pakraman, disusul krama banjar dan dadia (pangempon pemuaan keluarga). Dari 30 rombongan itu, enam desa pakraman dari Kabupaten Bangli. 

Di pantai ini, pengelola kawasan memungut biaya uparengga atau peralatan untuk setiap satu kelompok krama yang Melasti. Harga sewa Palinggih Surya Rp 50.000, Pemiyosan 150.000, Genah (tempat) Jempana Rp 50.000 (untuk satu jempana), Genah Banten Rp 150.000, dana kebersihan Rp 250.000, dan parkir Rp 250.000. 

Pengelola Kawasan Pura Khayangan Jagat Masceti I Ketut Sugata mengatakan, pihaknya tak pernah menyewakan tempat atau lokasi Melasti. ‘’Hanya sewa uparengga yang harus dibayar. Jika peralatan ini dibuat langsung oleh kelompok krama yang Melasti, tentu biayanya bisa dua kali lipat,’’ jelas warga Desa Medahan ini.

Kata dia, krama desa pakraman baik dari Kabupaten Gianyar dan Bangli melaksanakan Melasti ke Pantai Masceti sejak Minggu (19/3) sampai Minggu (26/3) ini. Sugata menilai, jumlah desa pakraman yang Melasti ke pantai ini dari tahun ke tahun meningkat. Peningkatan ini, jelas dia, seiring adanya penataan di kawasan jaba pura tersebut. ‘’Sebelumnya krama dari Kecamatan Ubud banyak Melasti ke Pantai Purnama (barat Pantai Masceti, Red), sekarang ke Pantai Masceti,’’ ujarnya.

Sugata mengaku, dirinya menyadari pentingnya tempat Melasti seperti ini. Karena PHDI pun tak punya atau menyediakan tempat khusus untuk Melasti bagi umat Hindu. Di Gianyar terdapat pantai sepanjang 15 km dari timur, Pantai Siyut, Desa Tulikup, Gianyar hingga Pantai Ketewel, Sukawati. 

Komentar