nusabali

Dilarang Selfie di Jalan Saat Nyepi

  • www.nusabali.com-dilarang-selfie-di-jalan-saat-nyepi

Umat Hindu diharapkan bisa memberi contoh yang baik kepada umat lain agar tidak terjadi pelanggaran saat Nyepi

Catur Bratha Penyepian Mutlak Harus Dilaksanakan

DENPASAR, NusaBali
Masyarakat Bali dilarang dengan sengaja selfie (swafoto) di jalanan saat pelaksanaan Nyepi tahun saka 1939 yang jatuh pada Selasa (28/3) mendatang. Catur Bratha Penyepian yang terdiri dari amati gni (tidak berapi-api), amati lelanguan (tidak bersenang-senang), amati karya (tidak bekerja) dan amati lelungan (tidak bepergian) mutlak harus dilaksanakan.

Hal itu ditegaskan oleh Ketua PHDI Provinsi Bali, Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana Msi, ditemui usai rapat penetapan seruan bersama Nyepi tahun 2017 yang berlangsung di kantor wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali, Kamis (22/2).

Ngurah Sudiana dengan tegas melarang masyarakat untuk selfie, terutama umat Hindu. Umat Hindu diharapkan bisa memberi contoh yang baik kepada umat lain agar tidak terjadi pelanggaran saat Nyepi. Karena kalau umat lain disiplin sedangkan umat Hindu sendiri memberi contoh yang tidak baik, maka sangat disayangkan sekali. Pelanggaran yang sering muncul saat Nyepi adalah masyarakat ke luar rumah. Bahkan dengan sengaja bermain-main di jalan raya, naik sepeda gayung, bahkan hingga main sepak bola saat Nyepi. Itu semua adalah pelanggaran karena Catur Bratha Penyepian dengan tegas melarang untuk bepergian.

Lebih-lebih di era teknologi canggih seperti saat ini, aktifitas di jalanan saat Nyepi itu justru dijadikan ajang selfie dan diunggah ke media sosial. “Yang rugi ya masyarakat Bali itu sendiri, yang tidak bisa memaknai hari suci Nyepi yang sesungguhnya. Jangankan selfie di jalan, ke luar rumah pun sejatinya sudah dilarang. Sehingga kami tegaskan kepada masyarakat Bali, khususnya generasi muda supaya jangan selfie di

jalanan saat Nyepi, ” tegasnya. Larangan untuk tidak selfie di jalanan, juga berlaku bagi Pecalang maupun petugas yang menjaga keamanan saat Nyepi. “Jangan justru pecalang yang selfie-selfie. Karena hal ini akan menimbulkan keresahan dikemudian hari. Sebaiknya jalankan Catur Bratha Penyepian dengan baik,” jelasnya.

Ngurah Sudiana menyebutkan, ketika Catur Bratha Penyepian dijalankan dengan baik, pahalanya sangat besar dirasakan untuk alam semesta ini. “Momentum Nyepi ini merupakan waktu yang terbaik untuk sehari saja berdiam diri di rumah, merenungkan dan evaluasi kinerja maupun perilaku kita selama setahun terakhir. Nyepi sehari ini juga telah terbukti berdampak positif bagi alam semesta,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Ketua FKUB Provinsi Bali, Ida Panglingsir Agung Putra Sukahet bahwasanya kualitas hari suci Nyepi supaya terjaga dengan baik. “Umat Hindu kita sangat harapkan bisa melaksanakan Catur Bratha Penyepian, karena pergantian tahun saka ini secara filosofis artinya menyepikan Bhuana Agung sehingga unsur panca mahabuta somia menjadi dewa-dewa yang utama. Dengan demikian, akan tercipta kedamaian dan kerukunan,” terangnya.

Pelaksanaan Nyepi saka 1939 yang tidak lagi berbarengan dengan hari besar lain, diharapkan bisa berlangsung lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. “Dulu pernah berbarengan dengan Idul Fitri, bertepatan dengan gerhana, pernah di hari Minggu atau hari Jumat. Nyatanya bisa terlaksana dengan baik. Nah tahun ini harus lebih baik lagi, karena Nyepi jatuh pada hari Selasa dan tidak ada hari besar keagamaan yang berbarengan,” jelasnya.

Ketua Asosiasi FKUB Indonesia ini juga memberikan perhatian khusus pada pengelola hotel maupun penginapan di Bali yang menyiapkan paket Nyepi. Pihaknya meminta supaya pihak hotel menghormati pelaksanaan Catur Bratha Penyepian ini dengan baik. “Kami harap hotel menjelaskan kepada tamunya bahwa saat Nyepi tidak ada aktifitas di luar hotel. Tidak boleh ada tamu yang jalan-jalan ke pantai, atau bahkan menikmati jalanan yang sepi. Kalau ini dilanggar, saya akan berteriak agar itu ditindak tegas oleh Pemda. Bila perlu dipanggil kalau itu memang melanggar. Jangan justru Nyepi ini dibelokkan menjadi paket jalan-jalan, karena ini sama artinya dengan menodai pelaksanaan Nyepi,” tegasnya.

Sementara itu, Ketua Pecalang Bali I Made Mudra mengatakan pengawalan dalam menyukseskan Nyepi ini akan dilakukan sejak prosesi pemelastian, malam pangrupukan, hingga pelaksanaan Nyepi. “Saat Nyepi, pecalang kami minta melakukan patrol dengan berjalan kaki. Tidak bergerombolan, cukup 2 atau 3 pecalang saja,” jelasnya.

Mudra mengakui bahwa kesabaran pecalang akan diuji setiap pelaksanaan Nyepi, sebab sebagian masyarakat masih membandel untuk ke luar rumah. “Kami hanya akan toleransi pada masyarakat yang dalam kondisi sakit, melahirkan atau hal yang sifatnya gawat darurat. Karena terlambat menolong, nyawa taruhannya. Tapi selain itu, kami tegas larang masyarakat keluar rumah. Kalaupun masih ada, kami akan berusaha supaya masyarakat kembali ke rumah,” jelasnya yang mengerahkan 175 pecalang untuk mengamankan Nyepi di Denpasar ini.

Terkait selfie alias foto narsis di jalanan saat Nyepi, Kepala Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Bali, I Nyoman Lastra SPd MAg juga dengan tegas mengimbau supaya masyarakat menghormati catur Bratha Penyepian dengan baik. “Pelaksanaan hari suci Nyepi harus djaga bersama demi ajeg Bali. Maka itu penting dibuatkan seruan bersama yang dirancang oleh majelis keagamaan di Bali untuk menjaga pelaksanaan Nyepi ini. Harapannya, bagaimana rumusan ini nantinya bisa disosialisasikan hingga masyarakat luas,” jelasnya.

Untuk diketahui, seruan bersama ini dirancang oleh unsur MUDP Bali, PHDI Bali, FKUB Bali, MUI Bali, MPAG Bali, Walubi Bali sepengetahuan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali, Polda Bali dan Korem 163/Wirasatya. Ada 7 point yang dirangkum dalam seruan bersama ini. * nvi

Komentar